Thursday 15 October 2015

Euforia #7

Hei, apa belakangan ini kau merasakan sesuatu? Semacam jera yang tengah menjerat. Sebab, sebelum detik ini menjelang kau berhasil bersembunyi dan melarikan diri, dari apa yang kau butuhkan namun sekaligus kau elakkan. Mungkin, saat itu kau merasa mampu melakukan keduanya di waktu yang sama. Tapi, tidakkah itu terdengar lebih gila? Kau sadar, sebelumnya itu seperti parade kebohongan besar-besaran yang menjadikan kehidupan sebagai tuan rumah. Apa boleh buat, aturan main bahkan telah dibuat sebelum kau menemukan apa tujuannya. Sederhana saja, pilih satu di antara dua. Dan kau lebih tampak seperti tidak memiliki pilihan, daripada harus memilih. Kita sama-sama tahu, memainkan permainan ini tidak pernah mudah, bagaimanapun keadaannya. Perjudian kehidupan tidak pernah menyenangkan, bukan? Karena bukan gelar pemenang atau pecundang yang tengah dipertaruhkan, melainkan lebih-lebih tentang pengkhianatan hati. Satu hal yang lebih dikenal dengan nama pengorbanan. Itukah yang tengah menjeratmu sekarang? Akibat dari pengkhianatan yang tak pernah diinginkan, tapi malah jadi kebutuhan. Untuk yang satu ini kau diperbolehkan merasa heran yang keterlaluan. Tidak dilarang. Yang terlintas saat ini adalah, masih mampukah kau baik-baik saja? Sebab, akhir dari bagian ini bermuara pada euforia—dimana suasana selalu berujung jera.

(Pekanbaru, 15102015)

Monday 12 October 2015

Where have You Been?

Langkah-langkah yang gelisah itu, terpantul pada genangan bekas hujan, dalam mimpinya tadi malam. Rasa-rasa sudah lama sekali tidak mendengar percikan itu. Sejenak ia ingin berdiam, mencuri kehangatan kenangan yang belakangan ini menggigil—entah karena apa. Mungkin karena rindu yang tak jua bermuara, atau mungkin karena hati yang masih sama-sama jengah. Lalu, seketika percikan tadi tak lagi bersuara, dan langkah itu mulai kembali  menapaki genangan yang tetap resah, sebab tidak ada satu dari mereka yang sanggup menjawabnya.