Monday 10 March 2014

Benang Kusut

Bukankah terkadang hidup seperti benang kusut?
Belakangan, saya mulai terpikir bahwa benang kusut memiliki filosofi tentang kehidupan, lebih tepatnya kemarin. Saat saya sedang membuat kesibukan sendiri dengan membuat kerajinan dari kain flannel, ketularan tetangga sebelah sebenarnya. Di waktu lalu―saat dunia belum benar-benar menyita, saya pernah belajar jahit-menjahit dengan tangan dan jarum jahit. Meski tidak bisa dikatakan mahir, setidaknya saya bisa menggabungkan dua buah kain atau merapikan pinggiran kain. Nah, saat kemarin melihat tetangga sebelah membuat kerajinan dari flannel, saat itulah saya tergoda untuk membuatnya sekaligus sekedar mengguji apa ilmu jahit yang saya dapat dulu masih menempel atau bagaimana. Kemudian, ditemukanlah benang kusut disana.

Sesuatu yang terlalu dipaksakan sering kali berujung tidak baik, jauh dari niat awal atau bahkan nyaris runyam. Seperti itu yang saya lalukan kepada benang malang itu. Entah terlalu bersemangat atau bagaimana, bukannya membuat benang itu terulur, saya malah menacaukannya. Dari awal saya memang sudah tidak sabar sebenarnya. Dan, di situlah letak kesalahannya. Saya lupa beberapa pelajaran kehidupan, lupa bahwa semua fenomena kehidupan pada dasarnya saling kait satu sama lain. Segala sesuatu―sekecil apapun―membutuhkan kesabaran, walau itu secuil juga. Imbas yang terjadi, saya membuat masalah baru―mengurai benang kusut itu tidak mudah.



Selain menyita waktu, benang kusut ternyata mengharuskan saya untuk berkali-kali mengurut dada kalau tidak ingin lebih kacau lagi. Banyak-banyak merapal, sabar-sabar. Karena ternyata benang itu lebih menyebalkan daripada yang saya kira. Dan, kala itu lah saya terpikir mengibaratkan benang itu adalah kehidupan saya, masalah saya. Saya sendiri yang membuat benang itu kusut, maka saya bertanggungjawab untuk meluruskannya kembali. Tidak bisa asal-asalan, tidak boleh hanya tarik sana tarik sini, yang ada nanti berantakan. Melainkan terlebih dahulu harus temukan dua sisi dari benang itu, pangkal dan ujung. Layaknya menemukan langkah awal dan tujuan.

Pada hakikatnya, untuk mendapatkan segala sesuatu dibutuhkan perjuangan. Pengorbanan. Tidak hanya benang kusut, melainkan juga seluruh komponen dari rantai kehidupan. Tidak jarang saat di satu bagian sudah lurus, di lain bagian malah jadi kusut. Hilang satu masalah, di belakangnya menyusul masalah lain. Begitu seterusnya… sampai waktu tidak lagi menyita, dan masalah pun tidak lagi ada. Maka, tidak ada salahnya belajar dari benang kusut.


semua akan indah pada waktunya. This is my first, by the way. #handmade  

             


No comments:

Post a Comment