Sunday 16 March 2014

Antologi Pertama (Cerita di Balik Cerita)

Aah, apa ini terdengar seperti awal dari sebuah pencapaian?
Berita itu saya terima tadi malam di sini, cerpen saya masuk 200 besar cerpen terpilih dari ribuan peserta. Artinya akan dibukukan secara self-publishing yang akan diterbitkan oleh NulisBuku yang notabene sebagi penyelenggara. Antologi pertama saya, dengan tema #LoveNeverFails. Tentang Cinta. Luar biasa.


Jujur, saat cerpen itu dikirim untuk diikutsertakan lomba, saya tidak terlalu berharap cerita itu akan lolos. Keikutsertaan hanyalah bentuk sebuah janji pada diri saya sendiri, meski dari lubuk hati yang paling dalam secuil harapan itu tetap ada. Kali ini saya memang tidak ingin terlalu berharap. Bukan apa-apa, bisa dikatakan proses pengerjaannya jauh dari kata siap. Cerpen itu saya tulis dalam sehari, tepat di hari terakhir deadline. Dalam waktu yang singkat serta banyak tekanan, Tentang Cinta lahir dengan cacat (re: typo dimana-mana). Mengingat itu, terlalu munafik sepertinya jika saya menginginkan yang lebih. Lalu, mengapa saya katakan dengan waktu singkat dan banyak tekanan? Baiklah, begini ceritanya…



Ya ya, saya tahu menunda itu jauh dari kata lebih baik. Bagaimanalah, kebiasaan itu seperti sudah mendarah daging. Namun, bukan itu sebenarnya alasan utama mengapa saya baru menyelesaikan ceritanya di hari akhir batas waktu,  melainkan karena inspirasi yang tepat untuk menulis sebuah cerita itu tidak kunjung menepuk saya. Saya ingat, ada beberapa ide yang bergelayut di otak saya, dan menentukan pilihan terbaik yang menghabiskan waktu yang saya punya. Jadilah, karena sudah terdesak, cerita dengan judul Tentang Cinta lah yang menjadi penentu nasib saya. Belakangan saya tahu ternyata itu pilihan yang tepat.

Yang menjadikan hari itu parah adalah saya harus kembali ke kota tempat saya kuliah tepat di hari itu juga. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya saya harus mengurusi kepulangan sekaligus menyelesaikan sebuah cerita yang bahkan masih mentah. Mengurusi kepulangan bukan perkara mudah untuk pribadi saya, terlebih saya mempersiapkannya seorang diri sebab anggota keluarga yang lain memilki kesibukan sendiri yang memang tidak bisa diganggu gugat. Ditambah dengan insiden kekacauan yang saya timbulkan di rumah saat itu, alhasil hari itu saya kerepotan sendiri. Insiden yang menyisakan sesal. Omong-omong tentang ceritanya, tidak mungkin saya mengerjakannya di perjalanan, itu akan berakibat fatal. Maka, dengan sisa-sisa waktu sebelum pukul 6 sore (waktu keberangkatan) serta stok kata-kata dengan mood yang hancur, cerita itu akhirnya selesai dengan cara yang sangat dipaksakan.

Well, nobody knows ‘bout tomorrow. Siapa sangka cerita itu lolos menjadi salah satu yang terpilih. Memang bukan sebagai juara, tapi, ahh… betapa saya benar-benar tidak menyangka. Kalau diingat lagi, manis sekali rasanya. Belum lagi mengetahui begitu banyak peserta yang ada, makin bikin bahagia saja. Seperti pengobat dahaga yang telah lama, rasa haus yang hampir sudah terlupa. Bahagia itu memang sederhana. Langkah awal dari sebuah pencapaian, ya, semoga saja.

And, this is a part of incredible closing...


No comments:

Post a Comment