Saturday 21 September 2013

Lagi Kangen

Lagi kangen. Pada mereka yang selalu mengajarkan saya tentang kebahagiaan  yang sederhana, menyederhanakan kebahagiaan. Diam-diam. Mereka yang bisa saya curahkan apa saja, keluh, resah, tawa, tangis, juga canda. Tanpa celah. Mereka yang membuat saya merasa cukup dengan segala kekurangan yang ada. Mereka yang hadir dengan kisah pengorbanan dan luka. Mereka yang pertama kali memberitahu saya makna keluarga sesungguhnya. Kepada mereka, saya kangen.

Lagi kangen. Pada sajak abstrak yang sering saya keluarkan begitu saja, tercetus seenaknya. Lukisan kata yang datang dari negeri antah-berantah, terisap, tersengat, bergaung bersama harapan dan do’a. Timbul tenggelam. Rentetan bait yang diusung oleh jiwa, lalu terhempas oleh cinta. Menulis desah hati yang tak sempat terucap, takut terkuak, tak sudi terlihat, yang bersembunyi dari matahari yang terbit dan tenggelam. Ribuan kalimat yang mengantarkan saya pada mimpi yang paling nyata. Kepada mereka, saya kangen.

Wednesday 11 September 2013

Membujuk Hati

Pernahkah kau membujuk hati? Iya, hati sendiri. Susah, kan?
Saya sering, berargumen dengan ego sendiri, saling keukeh tidak mau mengalah. Banyak hal yang diperdebatkan, namun sebenarnya hanya satu masalahnya. Mengalahkan hati. Saya tidak ingat kapan saya pernah menang, atau tidak pernah.
Kerap tidak mengerti maunya hati, mungkin seperti itu. Hanya menebak, lalu salah sangka. Karena tidak ada yang bisa membenarkannya, tidak ada yang tahu bagaimana bentuk dari jawaban itu sebenarnya. Bahkan diri sendiri. Malah, kadang saya lebih mudah memahami sifat orang lain, mau orang itu apa, dari apa keinginan saya pribadi. Seakan jalan keluarnya adalah buntu.
 Kali ini saya mencoba, bisa dikatakan lebih keras daripada biasanya, sedikit. Mencoba untuk membujuk hati, agar mau menerima kenyataan, agar tidak seenaknya saja membuat saya menyerah. Karena itu,