Friday 22 May 2015

Hari-hari yang Hilang



Halo!
Ah, sapaan itu terdengar sudah basi, bukan? Iya, seperti  hari-hari di belakang. Hari di mana seperti ada lubang waktu yang sudah tertinggal. Sekilas melegakan, selebihnya meresahkan. Sebab jejaknya, tidak memberikan petunjuk apa-apa. Dan bayangan hanya menggiring kepada kerinduan. Ah, terdengar semakin basi, bukan? Iya, seperti kalimat-kalimat di belakang.

Langkah demi langkah jarum itu dibiarkan pergi, mengikuti jalur yang sudah dihapalnya setiap hari. Sibuk kesana-kemari seperti di stasiun kereta api. Bisa jadi. Di stasiun kereta api pun, langkah demi langkah dibiarkan pergi, menempuh jalur yang dipilihnya sendiri. Melupakan mimpinya tadi pagi. Setiap hal yang pergi, selalu meninggalkan lain hal di suatu sisi. Walau sisi itu hanya sebatas debu yang berlari-lari. Apa debu tidak ingin ditinggal angin pergi? Apa yang terdiam di stasiun kereta api—yang menatap kosong pada debu yang berlari—ingin turut mengejar kereta api? Juga ingin mengubah waktu di dalam hari? Mungkin saja. Mungkin saja debu telah lelah dipijaki. Dan mungkin saja, yang sudah pergi tidak mungkin kembali lagi. Sebab itu yang ditinggal takut menemui hari setelah ini.