Tuesday 31 March 2015

Yang Terdalam

Sesuatu yang terlalu dalam, selalu sulit untuk diungkapkan. 

Karena itu, begini saja.

Thursday 19 March 2015

Pulang Bersama Lebur

Senja itu, tanya menapak pada satu takdir
berbekal peluh dan getir,
adakah tanah ini sedang menyambut masa?
adakah tempat yang akan senyaman rumah?
Namun tak ada angin yang benar-benar menjawab
menyiratkan tanda agar tak perlu resah
pada malam yang membawa mimpi, juga
pada pagi yang lekas kembali
sebab kisah ini akan segera ditumpah
dengan judul tak terbantah.

Kala hujan itu, kaki-kaki kita mengejar rinai yang basah
mendekapnya bersama nyanyian rumput menderu
seakan syahdu, beralamat rindu
lumpur-lumpur pun berjingkat
menjelaskan hangat pada bercak yang tertambat
yang berharap, agar kenang tak mampu karam
agar jejak mengingatkan pada gelak
yang sudi kita ingat, sampai kisah ini
tamat.

Monday 16 March 2015

Jalan yang Lebih Panjang

“Pak, kenapa kita tidak sampai-sampai?”

“Sebentar ya, nak. Sedikit lagi kita sampai.”

“Tapi... pasar sudah lewat, Pak. Bukannya kita pamit kepada Ibu untuk membeli makanan?”

Laki-laki itu menyeka peluh, lalu menatap bocah 8 tahun yang duduk di boncengan sepeda butut yang ia dorong. Ia tidak menaikinya, ban sepeda itu sudah bocor dari awal mereka berangkat. Tadi, saat ia pamit ingin pergi mencari makanan untuk keluarganya, anaknya paling bungsu merengek ingin ikut. Sebabnya ia membawa sepeda yang telah usang itu, takut-takut anaknya akan kelelahan. Siang ini terik, matahari seperti sedang berada tepat di atas kepala.

“Benar. Tapi tujuan kita tidak ke pasar.” Laki-laki berumur itu kembali melihat ke depan, memperhatikan jalanan berdebu yang dipenuhi batu dan lubang. Mencoba memilih jalan yang paling aman.

Saturday 14 March 2015

Euforia #4


Sudah terlalu jauh, kah? Kita. Itu adalah hal pertama yang halaman ini ingin ceritakan. Hal pertama yang ingin ia yakinkan. Pada siapa? Entahlah. Mungkin pada rangkaian kata yang belakangan tiba-tiba membuat terlalu jengah, atau pada cuplikan maya yang urung dicegah karena menyimpan resah. Tidak terlalu yakin akan berguna. Sebab tanya-tanya itu kembali mampu menyimpul ragu, lihai sekali membentuk saru. Mengubah semu menjadi candu. Selalu saja begitu. Memenjarakan diri pada bagian masa yang tidak dapat dijabarkan, pada bagian nama yang tidak pernah terdengar, pada bagian hati... yang tak pernah sempat disembuhkan. Terdengar menyedihkan? Tidak. Halaman ini tidak ingin menjawab ‘ya’ untuk sebaris mimpi yang pernah singgah, atau menjawab ‘tidak’ untuk sebait makna yang pernah terjamah. Itu tidak akan mampu mengobati apa-apa. Apalagi membungkam euforia. Karena, belum pernah hadir luka yang telah kering, ataupun masih basah. Sampai nantinya, semua akan lekang bersama waktu juga lelah. Dan euforia ini, hanya akan tetap menjadi euforia. 

(Pekanbaru, 14032015)

Friday 13 March 2015

Ceritalah, Pokoknya



Saya ingin cerita. Cerita apa, ya? Tidak tahu juga, yang penting ingin cerita. Mungkin tentang kemarin. Saat saya menemukan bahwa hakikinya manusia hanya bisa berencana, berspekulasi bahwa ini yang terbaik, kalau seharusnya begitu. Kira-kira seperti itu. Namun, pada akhirnya, Yang Maha Tahu lah yang menentukan. Apa yang terbaik, seperti apa seharusnya, dan bagaimana rencana itu sebaiknya berjalan. Hanya Dia yang benar-benar tahu. Mau hasilnya happy end atau sad end, penerimaan yang ikhlas lah menjadi solusinya. Tidak perlu merasa kecewa atau marah, toh, itu tidak berguna. Terkadang sulit memang, tidak semudah saat diucapkan, saya sendiri mengakuinya. Tapi, saya tidak yakin dengan solusi lain. Untuk itu, kita hanya perlu terbiasa, agar menjadi lebih dewasa. Hingga nanti bisa menenangkan hati, lalu memenangkan hati. Mungkin saja begitu adanya.

Wednesday 11 March 2015

Dimensi Berbeda


Saya tidak yakin, apa memang seperti ini adanya. Kehadiran dimensi berbeda, saya tidak pernah benar-benar merencanakannya. Siapa juga yang mau merencanakan hal seperti ini? Datang begitu saja, tanpa bisa dicegah. Mengacaukan, sekaligus... ah, entahlah. Dimensi berbeda ini, bergerak liar semaunya. Saya tidak bilang, saya tidak suka. Hal ini terlalu... manis—mungkin—untuk dibenci. Toh, dampak perubahan yang dibawanya tidak benar-benar buruk—at least, saya merasa ada yang menyenangkan darinya. Akan tetapi, saya sedikit khawatir. Sedikit.

Saya masih tidak yakin, apa memang seperti ini seharusnya. Dimensi berbeda, menghadirkan yang tidak hadir. Menyuguhkan fantasi aneh yang bahkan di dunia sebelumnya tidak akan dimengerti. Memberikan sensasi asing yang bahkan di dunia sebelumnya terlalu saru untuk direngkuh. Namun, lebih dari itu semua, dimensi berbeda seakan nyata. Lebih dari sekadar kata yang dirangkai, atau makna yang coba dijelajahi. Ini seperti... sebatas ruang yang hanya untuk dimasuki, lalu dinikmati. Cukup dengan dirasakan, tanpa perlu penjabaran. Dan saya sedikit khawatir. Ya, sepertinya hanya sedikit.

Monday 9 March 2015

Kita: di Suatu Mimpi



Lalu, tiba-tiba kita memiliki ikatan yang aneh
Diam-diam mengagumi
Hati-hati menata hati
Diam-diam mengirim salam
Hati-hati bertukar pandang

Lalu, tiba-tiba kita saling melempar tanya
Kemana resah ini harus bermuara?
Dimana rindu itu dapat bersua?
Adakah genggaman ini benar-benar menenangkan?
Dapatkah pelukan itu menyimpan kehangatan?

Lalu, tiba-tiba kita jatuh cinta
Bersama mimpi tanpa nyata

(Pekanbaru, 09032015)