Kau tahu siapa sebenarnya Kecewa? Di mana rumahnya? Anaknya siapa? Tingkahnya bagaimana? Kau tahu? Karena jika kau mengetahuinya, beri tahu aku. Ceritakan padaku bagaimana Kecewa itu, bagaimana dia... tidak tidak. Kau tidak perlu melakukannya. Lupakan semua pertanyaanku tadi! Kau hanya perlu mengatakan di mana Kecewa sekarang. Beri tahu aku! Biar aku sendiri yang menemuinya, bertanya setiap detail yang ingin kutahu. Aku ingin mendengar dia sendiri yang mengatakan, menjawab semua rasa penasaran yang sudah terlanjur pengap. Jadi, apa kau tahu? Rasa-rasanya aku sudah tidak sabar untuk mendengar setiap penggal penjelasan darinya, untuk mendengar bagaimana dia masih bisa hidup seperti tanpa harus membenci atau dibenci. Bagaimana bisa? Setelah itu, mungkin aku tidak bisa menahan untuk tidak langsung menghajarnya.
Bisa jadi kau bertanya-tanya, mengapa aku sampai seperti ini: memburu Kecewa. Sebut saja ini bagian dari antisipasiku. Sebelum dia yang menyerang, harus aku yang menyerangnya duluan. Ya, tentu saja dia adalah si Kecewa itu. Ada yang datang padaku, seperti kabar burung yang mengatakan bahwa akan ada penyerangan dalam waktu dekat ini. Penyerangan yang tidak diduga-duga, yang pelakunya pun sulit diterka. Sudah mirip dengan penyerangan bom yang terjadi belakangan ini. Namun ada satu nama tercuat setelahnya, sudah didakwa sebagai pelaku utama: Kecewa. Oknum disebut-sebut memiliki keahlian membunuh, membunuh apa saja yang sanggup dia bunuh. Sebut saja Kepercayaan, yang paling kerap dijadikan korban. Mungkin, sekarang pertanyaanmu sudah berubah menjadi: apakah aku takut? Tidak. Tentu saja tidak. Eem, baiklah, sedikit.