Wednesday 22 April 2015

Kopi Pertama



Sejak kapan aku begini? Menerka-nerka makna kenikmatan pagi. Ah, ya, sejak mendapatimu di sini. Duduk tersenyum menikmati secangkir kopi. Kopi pertamamu hari ini. 

Katamu, ini seperti candu. Menyambut pagi ditemani secangkir kopi. Bagiku, ini hanya tentang kamu. Memandangimu seperti ini di setiap pagi.

Terima kasih, kopi.

(Pekanabru, 22042015)

Saturday 11 April 2015

Ada yang Ingin Kusampaikan



Ada yang ingin kusampaikan
tentang sekujur nama yang tadi malam,
hilang disembunyikan kegelapan
tak perlu kau takut
suaranya telah kusimpan ke dalam botol
kuselipkan pada saku maling yang tertangkap,
kemarin siang
sekarang ia sedang diarak keliling pasar
menunggu langit memberi hukuman
biarlah!
setidaknya penjual bisa meniduri keadilan.

Kutitip Senja Padamu



Esok aku pergi
menjeput rindu di dermaga waktu
tak usah kau cemburu
relung ini hanya menyisakan satu
tiket pulang tanpa ulang,
yang selalu membawaku ke peraduan.

(Pekanbaru, 05112014)

Thursday 2 April 2015

Euforia #5

Dan terjadi lagi. Seperti lagu kesukaan yang selalu ingin kau ulang. Seperti rumah paling nyaman yang selalu membuatmu ingin pulang. Berkali-kali, kemudian kembali lagi. Tidak ada yang membuatmu merasa ada yang salah, ataupun merasa ada hal yang harus dibenarkan. Bukan. Bukan tentang lagu kesukaan ataupun rumah paling nyaman. Keduanya terlalu lemah untuk diminta pertanggungjawaban. Apalagi hanya karena dijadikan perumpamaan. Hal ini lebih tentang yang terjadi, yang kau anggap seperti dua tadi. Dan yang terjadi di sini adalah, kau membuat percikan yang tercipta pada ruang tak bertakhta itu, seakan memiliki kemampuan untuk menjadi penawar mati rasa. Padamu, istilah ‘gila’ bisa jadi tidak akan mempan, dan waktu yang saling kejar pun mungkin hanya akan mental.
Lalu, kau sebut apa yang tadi itu? Pujangga makna? Ha, yang benar saja! Tidakkah kau merasa sedikit keterlaluan? Begini, biar kuperbaiki, harusnya kau menamainya... imaji tak masuk akal. Bagaimana? Lebih pantas, bukan? Tapi, tunggu! Sejak kapan imaji menjadi lebih sering masuk akal? Ah!