Thursday 2 April 2015

Euforia #5

Dan terjadi lagi. Seperti lagu kesukaan yang selalu ingin kau ulang. Seperti rumah paling nyaman yang selalu membuatmu ingin pulang. Berkali-kali, kemudian kembali lagi. Tidak ada yang membuatmu merasa ada yang salah, ataupun merasa ada hal yang harus dibenarkan. Bukan. Bukan tentang lagu kesukaan ataupun rumah paling nyaman. Keduanya terlalu lemah untuk diminta pertanggungjawaban. Apalagi hanya karena dijadikan perumpamaan. Hal ini lebih tentang yang terjadi, yang kau anggap seperti dua tadi. Dan yang terjadi di sini adalah, kau membuat percikan yang tercipta pada ruang tak bertakhta itu, seakan memiliki kemampuan untuk menjadi penawar mati rasa. Padamu, istilah ‘gila’ bisa jadi tidak akan mempan, dan waktu yang saling kejar pun mungkin hanya akan mental.
Lalu, kau sebut apa yang tadi itu? Pujangga makna? Ha, yang benar saja! Tidakkah kau merasa sedikit keterlaluan? Begini, biar kuperbaiki, harusnya kau menamainya... imaji tak masuk akal. Bagaimana? Lebih pantas, bukan? Tapi, tunggu! Sejak kapan imaji menjadi lebih sering masuk akal? Ah!
Dan terjadi lagi. Setiap jengkal kepercayaan yang kau semat, mampu mengoyak sepi yang nyaris berkarat. Seolah benar-benar jadi penyelamat. Ditambah dengan, mimpi pengantar tidur yang menjadi lebih indah daripada yang disebut bunga tidur. Kau bilang kata-kataku sebelumnya tajam, maka kukatakan kembali, bahkan kau yang sekarang ini lebih kejam. Bukankah kau berikrar akan menjaga ruang tak bertakhta itu dengan aman? Mengapa sekarang kau mencoba menciptakan lebam? Ingat! Bukan percikan, tapi lebam!
Ah, pasti sekarang kau merutukku yang tak pernah sungkan, bukan? Begini, biar kusimpulkan. Sebab aku pernah mengetahui beberapa cerita seperti ini sebelumnya, dan mencoba ‘sok’ memahaminya. Aku tidak menuntutmu membenarkan. Kebenaran? Ha! Terlalu banyak versi kebenaran di muka bumi ini, yang mungkin akan membuatmu terlalu pusing dan malas untuk memikirkannya. Karena itu, ikuti saja ketika kata hati yang berbicara, bisa jadi memang begitu adanya. Jadi, kesimpulanku adalah... ini semacam euforia. Gugusan rasa yang membuat nyaris gila. Iya. Harusnya kau sudah pernah mendengarnya. Tapi, tunggu! Kau benar-benar tidak merasa ada gangguan pada jiwamu, kan?
(Pekanbaru, 02042015)

No comments:

Post a Comment