Dan
terjadi lagi. Seperti lagu kesukaan yang selalu ingin kau ulang. Seperti rumah paling
nyaman yang selalu membuatmu ingin pulang. Berkali-kali, kemudian kembali lagi.
Tidak ada yang membuatmu merasa ada yang salah, ataupun merasa ada hal yang
harus dibenarkan. Bukan. Bukan tentang lagu kesukaan ataupun rumah paling
nyaman. Keduanya terlalu lemah untuk diminta pertanggungjawaban. Apalagi hanya
karena dijadikan perumpamaan. Hal ini lebih tentang yang terjadi, yang kau
anggap seperti dua tadi. Dan yang terjadi di sini adalah, kau membuat percikan
yang tercipta pada ruang tak bertakhta itu, seakan memiliki kemampuan untuk
menjadi penawar mati rasa. Padamu, istilah ‘gila’ bisa jadi tidak akan mempan, dan
waktu yang saling kejar pun mungkin hanya akan mental.
Lalu,
kau sebut apa yang tadi itu? Pujangga makna? Ha, yang benar saja! Tidakkah kau
merasa sedikit keterlaluan? Begini, biar kuperbaiki, harusnya kau menamainya...
imaji tak masuk akal. Bagaimana? Lebih pantas, bukan? Tapi, tunggu! Sejak kapan
imaji menjadi lebih sering masuk akal? Ah!
Dan
terjadi lagi. Setiap jengkal kepercayaan yang kau semat, mampu mengoyak sepi
yang nyaris berkarat. Seolah benar-benar jadi penyelamat. Ditambah dengan, mimpi
pengantar tidur yang menjadi lebih indah daripada yang disebut bunga tidur. Kau
bilang kata-kataku sebelumnya tajam, maka kukatakan kembali, bahkan kau yang sekarang
ini lebih kejam. Bukankah kau berikrar akan menjaga ruang tak bertakhta itu
dengan aman? Mengapa sekarang kau mencoba menciptakan lebam? Ingat! Bukan percikan,
tapi lebam!
Ah,
pasti sekarang kau merutukku yang tak pernah sungkan, bukan? Begini, biar
kusimpulkan. Sebab aku pernah mengetahui beberapa cerita seperti ini
sebelumnya, dan mencoba ‘sok’ memahaminya. Aku tidak menuntutmu membenarkan. Kebenaran?
Ha! Terlalu banyak versi kebenaran di muka bumi ini, yang mungkin akan
membuatmu terlalu pusing dan malas untuk memikirkannya. Karena itu, ikuti saja
ketika kata hati yang berbicara, bisa jadi memang begitu adanya. Jadi, kesimpulanku
adalah... ini semacam euforia. Gugusan rasa yang membuat nyaris gila. Iya. Harusnya
kau sudah pernah mendengarnya. Tapi, tunggu! Kau benar-benar tidak merasa ada
gangguan pada jiwamu, kan?
(Pekanbaru, 02042015)
No comments:
Post a Comment