Saturday 23 January 2016

Empat Tahun Ini

Beberapa paragraf di bawah tidak akan benar-benar bisa menceritakan tentang Empat Tahun Ini.
Salah satu hal yang paling manusiawi yang pernah ada adalah bahwasanya setiap manusia cenderung tidak pernah puas dengan keadaannya (pada saat itu). Selalu menginginkan yang lebih. Bahkan itu sudah dimulai saat kita masih belum terlalu mengerti, apa makna dari ‘menginginkan’ itu sebenarnya. Seperti saat kita masih duduk di bangku sekolah sebagai siswa dengan seragam putih-merah, namun lama-kelamaan penasaran dengan rasa memakai seragam putih-biru itu seperti apa. Saat kita baru menyadari begitu rentannya dunia remaja, kita mulai tidak sabar dengan dunia abu-abunya siswa SMA. Dan saat kita mulai bosan dengan sebutan siswa, kita mulai bertanya-tanya, bagaimana dengan menjadi mahasiswa?

Wednesday 20 January 2016

Euforia #8

Ini seperti terampas, hilang dan berbekas. Bukan lagi khayal yang berlarut-larut, hanya pembuktian sebagaimana harusnya ia diletakkan. Ada saat dimana kau ingin menoleh ke belakang, membayang, lalu dengan jengah memungut kepingan-kepingan yang dulu pernah sangat kau genggam.  Untuk apa kau melakukannya? Tentu saja untuk mengisi kekosongan yang tidak sepenuhnya bisa kau pahami. ‘Cukup hanya dengan seperti ini’, begitu mantranya, kau rapal setiap hari, layaknya itu adalah jawaban dari pertanyaan saat kau mati nanti. Nyatanya, kalimat itu pun tidak menjawab apa-apa. Tidak menenangkan apa-apa. Kini tiba saatnya waktu goyah, pijakanmu itu... mengkhianati janji yang pernah kalian ikrarkan. Menggenapkan bekas menjadi satu-satunya yang sudi membantumu menyelesaikan tugas paling sulit setelah semua ini: mengembalikan pagi seperti sedia kala. Dan, bagaimana kau melakukannya jika salah satu potongan telah meninggalkan mozaiknya? Kau menyumpahi pertanyaan ini. Sial sekali, bukan? Di saat kau ingin berhenti, malah tidak ada yang benar-benar bisa berhenti. Bahkan untuk sebuah pertanyaan. Kau tahu kenapa? Karena dari awal kisah ini, yang kau temukan adalah euforia. Rasa indah yang pada akhirnya akan kau benci selamanya.

(Pekanbaru, 20012016)