Friday 22 May 2015

Hari-hari yang Hilang



Halo!
Ah, sapaan itu terdengar sudah basi, bukan? Iya, seperti  hari-hari di belakang. Hari di mana seperti ada lubang waktu yang sudah tertinggal. Sekilas melegakan, selebihnya meresahkan. Sebab jejaknya, tidak memberikan petunjuk apa-apa. Dan bayangan hanya menggiring kepada kerinduan. Ah, terdengar semakin basi, bukan? Iya, seperti kalimat-kalimat di belakang.

Langkah demi langkah jarum itu dibiarkan pergi, mengikuti jalur yang sudah dihapalnya setiap hari. Sibuk kesana-kemari seperti di stasiun kereta api. Bisa jadi. Di stasiun kereta api pun, langkah demi langkah dibiarkan pergi, menempuh jalur yang dipilihnya sendiri. Melupakan mimpinya tadi pagi. Setiap hal yang pergi, selalu meninggalkan lain hal di suatu sisi. Walau sisi itu hanya sebatas debu yang berlari-lari. Apa debu tidak ingin ditinggal angin pergi? Apa yang terdiam di stasiun kereta api—yang menatap kosong pada debu yang berlari—ingin turut mengejar kereta api? Juga ingin mengubah waktu di dalam hari? Mungkin saja. Mungkin saja debu telah lelah dipijaki. Dan mungkin saja, yang sudah pergi tidak mungkin kembali lagi. Sebab itu yang ditinggal takut menemui hari setelah ini.

Apa makna kerinduan sebenarnya? Apa seperti pujangga mati rasa yang kehilangan sajak lamanya? Apa seperti gadis kecil yang menatap sedih ayunan kosong lalu teringat pertengkaran sore kemarin dengan sahabatnya? Atau, seperti sepasang hati yang saling pergi namun tak mampu mengatakan betapa ingin mereka kembali? Entahlah. Mungkin saja. Mungkin saja kerinduan adalah seperti hujan dan pelangi yang saling menunggu. Menunggu pertemuan digiring mendung suatu waktu.

Terkadang, melepaskan hanyalah tentang bagaimana kita berdamai dengan hati. Bagaimana kita menemukan alasan untuk tidak lagi menyakiti diri. Sebab kata-kata hanya bisa menjadi mantra saat kita mempercayainya. Dan,  yang telah dibuang tak perlu lagi dibawa pulang. Maka, pada akhirnya, semua ini kembali kepada keikhlasan.

Ah, ya, apa ini masih terdengar basi? Bagaimanalah. Setiap pijakan masih butuh dikuatkan. Sekadar membangun kepercayaan, semacam penangguhan. Mungkin ini sudah jalan. Semoga benar.

(Pekanbaru, 22052015)

PS: Blog, maaf tidak mengisimu beberapa hari (red: minggu) ini. Skripsi mengalihkan kata-kataku.

No comments:

Post a Comment