Terkisah
suatu rasa, bergerak liar membalut asa. Dalam denting berirama, ia menyebar
makna di tepian senja. Geraknya melukiskan tanya, tentang langkah-langkah yang mulai
jera. Suaranya membiaskan kita, tentang masa yang merona jengah.
Terkadang,
rasa itu tak berdaya, mengepakkan sayapnya menantang cakrawala harapan. Membiarkan
hujan dan percikan saling serang. Sebab untaian tak pernah menyuguhkan satu
keputusan, menahan atau melepaskan. Bagai simfoni bergaung sendirian.
Tak
jarang, rasa itu terlalu dalam, menabung nada yang selalu ingin diulang tanpa
sungkan. Menyediakan sekelumit drama lengkap bersama peran. Sebab sandiwara menyiratkan
takhta, untuk ruang tak bertiang. Bagai hujan penawar kesunyian.
(Pekanbaru,
01062015)
#NulisRandom2015 Day 1 |
Puisimu bagai menoreh ilusi pada si balita. Tak mampu meneruskan tiap jengkang fakta tapi tetap bersikeras. Kuat kau kuat. Hanya tersisa ras-ras yang menguatkan perasaan tentang nalar.
ReplyDelete~CW