Monday 1 June 2015

Timbul-tenggelam



Terkisah suatu rasa, bergerak liar membalut asa. Dalam denting berirama, ia menyebar makna di tepian senja. Geraknya melukiskan tanya, tentang langkah-langkah yang mulai jera. Suaranya membiaskan kita, tentang masa yang merona jengah.

Terkadang, rasa itu tak berdaya, mengepakkan sayapnya menantang cakrawala harapan. Membiarkan hujan dan percikan saling serang. Sebab untaian tak pernah menyuguhkan satu keputusan, menahan atau melepaskan. Bagai simfoni bergaung sendirian.

Tak jarang, rasa itu terlalu dalam, menabung nada yang selalu ingin diulang tanpa sungkan. Menyediakan sekelumit drama lengkap bersama peran. Sebab sandiwara menyiratkan takhta, untuk ruang tak bertiang. Bagai hujan penawar kesunyian.

(Pekanbaru, 01062015)
#NulisRandom2015 Day 1


1 comment:

  1. Puisimu bagai menoreh ilusi pada si balita. Tak mampu meneruskan tiap jengkang fakta tapi tetap bersikeras. Kuat kau kuat. Hanya tersisa ras-ras yang menguatkan perasaan tentang nalar.

    ~CW

    ReplyDelete