Wednesday 3 June 2015

Scars



Abby kembali masuk ke kamar ganti, mencoba gaun yang ke-26—mungkin, cemoohnya. Dia tidak ingin benar-benar menghitung. Kali ini berwarna krem, dengan model renda-renda di bagian dada yang nyaris sama dengan dua atau tiga gaun yang ia coba sebelumnya. Memuakkan. Ia harus cepat-cepat keluar dari sini, sebelum gaun-gaun ini membuatnya ingin jadi gila. Terserah dengan pesta konyol itu.

“Apa yang kau gunakan? Kau tampak sangat pucat. Kau tidak berniat membuat aku terlihat seperti sedang memaksamu untuk ke pesta di saat kau sedang sakit, bukan?” lagi-lagi, membuatnya ingin membuang seluruh gaun itu ke muka pria yang berkomentar tersebut. Tanpa terkecuali, lalu memaki pria itu hingga puas.

Tentu saja. Tentu saja Abby benci melakukan ini. Dan tentu saja—dengan beribu keterpaksaan—ia kembali masuk ke kamar ganti, mencoba kebali gaun-gaun bodoh lainnya. Tapi bagaimanapun, Abby merasa ia lebih bodoh lagi. Pria yang sedang sibuk dengan gadget-nya di luar sana itu tentu tidak pernah tahu bagaimana perasaan orang yang sedang dipaksa orang lain. Ya, dia tidak akan pernah tahu.

Setelah menarik napas dalam, Abby akhirnya memutuskan melangkah keluar dari ruang ganti yang tampak semakin mengerikan itu. Kembali mengenakan baju yang ia pakai saat datang tadi.
...
Do you know how hard I tried
To be come what you want me to be?

Take me
This is all that I’ve got
This is all that I’m not
All that I’ll ever be
I’ve got flaws, I’ve got fault
Keep searching for your perfect heart
It doesn’t matter who you are
We all have our scars
We all have our scars
(Allison Iraheta – Scars)

(Pekanbaru, 03062015)

#NulisRandom2015 Day 3

 

No comments:

Post a Comment