Friday 5 June 2015

Tanda



Pernahkah kau merasa bisa gila karena sebuah tanda?

Seperti tidak keruan. Dikukung rasa yang dapat membawamu ke pintu-pintu yang serba salah. Serba takut, serba susah. Pekerjaan menerka-nerka bukan perkara gampang, sebab itu hati merasa perlu—sangat perlu—meraba waktu yang lalu, waktu sekarang, lalu mencoba melompat-lompat untuk mengintip waktu di depan. Layaknya tengah mencari pegangan untuk membuat suatu keputusan. Sekali lagi, bukan perkara gampang, kan? Ini semua karena tanda.

Tidak untuk dilebih-lebihkan. Tapi ‘menjadi gila’, bisa jadi pemikiranmu yang terakhir saat kau tengah terjebak dalam permainan ‘menebak tanda’. Rasanya sungguh menyebalkan, kadang-kadang keterlaluan. Saat salah satu tebakan mengambang, mulai merangkai keping demi keping cuplikan suatu masa yang kau inginkan, maka tebakan lain akan turut keluar, menyusul guna mematahkan hingga semua berantakan. Atau, saat kau ingin memastikan bahwa ada satu jalan yang mungkin bisa membawamu pada sebuah kesimpulan, maka buntu siap menghadangmu, demi turut memastikan kau akan tetap berdiri di sana tanpa kemana-mana. Di persimpangan kebingungan. Tanda juga dapat melakukannya.

Diam-diam, satu soroton bisa juga menggetarkan. Berubah menjadi penghantar yang paling baik untuk kemegahan. Mungkin ia utusan, atau mungkin hanya kebetulan yang menyenangkan. Entahlah. Yang jelas, percikan-percikan akan menjadi bagian yang paling dinantikan.

Jejak yang lalu cukup mampu mengacaukan. Tersaruk-saruk di suatu gang yang menyembunyikan bayangan.  Lampu di sana temaram, seakan menolak memberi penerangan, menolak mengusir keresahan. Sedang langkah kian rapuh, terbias ragu yang tergugu. Hanya tinggal menunggu pijakan ini melepuh.

Terkadang, tanda bisa menjadi segalanya, namun tak jarang juga menjadi bukan apa-apa.

(Pekanbaru, 05062015) 

PS: #NulisRandom Day 5

No comments:

Post a Comment