Lagi
kangen. Pada mereka yang selalu mengajarkan saya tentang kebahagiaan yang sederhana, menyederhanakan kebahagiaan.
Diam-diam. Mereka yang bisa saya curahkan apa saja, keluh, resah, tawa, tangis,
juga canda. Tanpa celah. Mereka yang membuat saya merasa cukup dengan segala
kekurangan yang ada. Mereka yang hadir dengan kisah pengorbanan dan luka.
Mereka yang pertama kali memberitahu saya makna keluarga sesungguhnya. Kepada
mereka, saya kangen.
Lagi kangen. Pada sajak abstrak yang sering saya keluarkan begitu saja, tercetus seenaknya. Lukisan kata yang datang dari negeri antah-berantah, terisap, tersengat, bergaung bersama harapan dan do’a. Timbul tenggelam. Rentetan bait yang diusung oleh jiwa, lalu terhempas oleh cinta. Menulis desah hati yang tak sempat terucap, takut terkuak, tak sudi terlihat, yang bersembunyi dari matahari yang terbit dan tenggelam. Ribuan kalimat yang mengantarkan saya pada mimpi yang paling nyata. Kepada mereka, saya kangen.
Ya, mereka dan mereka ternyata sedarah. Saya baru sadar. Karena secara misterius, saat kemarin saya berpisah dengan keluarga, minat untuk menulis saya seketika turun, begitu saja. Target yang telah saya buat menguap dengan cara menyedihkan, padahal sudah susah-susah membujuk hati. Saya kangen menulis, seperti saya kangen keluarga. Begitu sebaliknya. Rupanya menulis sudah menjadi anggota keluarga sekarang.
Dan ada satu lagi yang membingungkan saya…
Lagi kangen. Pada dia… entah siapa.
Dia yang bahkan tidak pernah saya sentuh bayangannya, saya rasakan
kehadirannya. Mungkin saya mulai gila, tapi saya memikirkannya setiap hari.
Dengan kisah yang tidak masuk akal, dengan tokoh yang semakin mengabur dari
kenyataan. Tapi saya betah berlama-lama, walau dengan bermacam penangguhan. Saya
tidak ingat ada yang keberatan, entah itu hati atau otak yang sudah kepanasan. Kelupaan? Menurut saya, ini seperti
kepikiran yang berlebihan. Kepada dia, saya kangen.
Jadi, untuk kerandoman ini, tidak
perlu menyalahkan kangen. Dia tidak tahu apa-apa. Kangen hanyalah secuil
perasaan yang terlalu kuat untuk dihindari meski dengan segala
ketidakberdayaannya. Yang mempunyai ruang di hati masing-masing, yang hadir
entah bagaimana bisa. Salah satu anugerah dari penciptanya. Ya, sepertinya saya
kangen Sang Pencipta, juga.
No comments:
Post a Comment