Alkisah,
di suatu kerajaan bernama Kehidupan
ditemukan sebuah Hati yang tengah
tertanya. Sebab, suatu hari Raja dari Kerajaan Kehidupan memberikannya sebuah
hadiah yaitu berupa Masa saat ia
akan menempuh jalan pulang. Awalnya
Hati tampak kebingungan dengan hadiah tersebut, tidak mengerti harus
memperlakukan bagaimana. Hari itu Masa masih terlalu asing bagi Hati. Namun
Hati cukup tahu, ia tidak akan pernah bisa menolak apapun yang diberikan oleh
Raja Kehidupan. Mutlak. Hanya satu petunjuk yang diberikan: jangan pernah menyia-nyiakan
Masa. Setelah menimbang-nimbang, Hati memutuskan untuk membawa Masa, dan dalam
perjalanan pulangnya yang panjang, Hati terus-menerus mencari tahu apa yang
harus ia perbuat kepada Masa. Sambil memikirkan hal itu, Hati senantiasa
merapal jangan penah menyia-nyiakan Masa.
Berharap dengan begitu ia dapat menemukan jalan keluar.
Pulang,
adalah sesuatu yang paling jauh yang pernah Hati tahu. Perjalanan paling
panjang yang pernah ia lakukan. Sayangnya, Hati tidak membawa bekal apapun
untuk menghadapi itu semua, selain hadiah dari sang Raja Kehidupan tadi. Bukan
apa-apa, Hati sadar bahwa ia tidak akan pernah tahu apa yang akan ditemuinya di
depan nanti. Dan bagi Hati tidak ada bekal yang cocok untuk sesuatu yang tidak
terprediksikan. Akan tetapi, tidak membawa bekal bukan berarti akan membuat
Hati menyerah pada kesulitan. Mungkin, ada sesekali di saat dimana Hati merasa
lelah dan ingin berhenti. Langkah-langkah yang telah terlalu banyak membawa
beban. Namun, perjalanan yang sudah ditempuh di belakang sedikit banyaknya
membuat Hati belajar. Berhenti bukanlah suatu jalan keluar, apalagi hal itu
hanya akan membuat ia menyia-nyiakan Masa―hal yang sangat ia hindari. Seiring
menuju pulang, Hati mendapat sebuah pencerahan: bekal terbaik adalah belajar dari pengalaman.
Kini
Hati telah tahu banyak hal. Perjalanan dan pengalaman berlomba-lomba memberinya
ilmu, walau terkadang dengan cara yang kejam. Hati sempat ngilu saat pertama
kali mengenal sakit, terserang kelu
saat bertemu sendu. Membuat Hati
bertanya-tanya, mengapa mereka berdua harus ada. Untung saja ada tawa dan bahagia, sebab menyenangkan sekali jika sudah bertemu mereka. Hati
tidak dapat menyebutkan satu-persatu apa saja yang sudah ia temukan, hal itu
sama saja seperti menyuruhnya mengulang dari awal. Tapi, ada satu yang sering
diingat oleh Hati karena kerap membuat penasaran. Cinta, hal yang dapat mengaduk-aduknya hingga tidak karuan.
Suatu
hari, Hati tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Ia mendapati resah tengah bergelayut manja, entah
datang dari mana. Ada yang sudah Hati lakukan di hari itu, sebuah pengingkaran
yang disengaja kepada salah satu dari mereka. Hati mengajukan sebuah alasan,
berharap itu bisa membuatnya lebih tenang. Namun, tidak. Alasan itu tidak mengubah
apa-apa. Alasan tidak mengubah apa yang sudah terluka. Cinta. Cinta yang tengah
menghukum Hati, salah sebuah bentuk pelajaran agar tidak terulang. Sedangkan,
Hati sadar bahwa ia belum sepenuhnya memahami Cinta. Cinta terlalu rumit untuk
dimengerti, dan Hati tidak terlalu pintar untuk yang satu ini. Di sisi lain,
padahal Cinta tidak pernah meminta yang susah-susah. Cukup tidak
memperlakukannya dengan setengah-setengah.
Banyak
hal yang Hati pelajari dari hari itu, salah satunya bahwa Cinta tidak benar-benar
sedang menghukumnya, ternyata. Cinta sedang memberi pengertian kepada Hati.
Bukan Hati yang harus mengerti Cinta, melainkan Cinta yang akan senatiasa
memberi pengertian dan pembelajaran kepada Hati. Merupakan sebuah pengalaman
yang akan Hati bawa sebagai bekal untuk memecahkan misteri di kemudian. Di lain hal, Cinta ternyata membuat Hati
merasa tenang juga aman. Hati tidak tahu bagaimana ia jika tidak pernah
memiliki Cinta.
Lalu,
bagaimana dengan hadiah sang Raja Kehidupan tadi? Masa. Adakah ia telah
tersia-siakan? Atau bahkan sudah terpecahkan? Hati belum berani menjawab.
Setiap mengingat Masa hanya akan mengantarkan Hati pada sebuah tanda tanya―yang
sudah ia bawa ke mana-mana. namun belakangan Hati mulai menerka, bahwa mungkin
jawaban dari Masa akan ditemukan sesampai ia pulang. Dan, Hati belum juga
sampai, ia tidak tahu kapan. Hati tidak tahu kapan ia benar-benar pulang.
Maka,
pada akhirnya, Hati tahu bahwa perjalanan panjang menuju pulang ini pun karena
hadirnya sepotong Cinta. Cinta pada Maha
Pemberi segalanya.
No comments:
Post a Comment