Selalu
begitu. Bahkan kaset rusak bisa jadi lebih baik. Mungkin. Hal-hal seperti ini
selalu lebih menakutkan daripada seharusnya. Jatuh pada sesuatu yang sama,
tanpa bisa kau cegah, apalagi untuk sempat bertanya, “maukah?” Ini ide gila.
Di
sini—di dunia “Selalu Begitu”, nasihat tidak pernah punya tempat. Indera pendengaran
tidak pernah tahu apa tugasnya. Meendadak amnesia. Entah di mana letak jalan
pulang, sesungguhnya tidak ada yang benar-benar mencari. Karena, terkadang
pemikiranmu hanya mampu mengantar sebatas pintu pertanyaan, “haruskah pindah?” Dan, tidak ada yang
berani meletakkan taruhan untuk ini.
Sebenarnya,
aku rasa, hal ini semacam kecenderunganmu membuat kesimpulan yang absur. Tiba-tiba
kebodohan bisa memikat sebegitu aneh. Mungkin sedikit berlebihan, tapi, coba
kau temukan penjelasan yang tidak kurang!? Sudahlah. Tidak perlu ada perjudian
di sini, karena fatamorgana siap untuk menjadi batas kita.
Lalu,
pada akhirnya, “Selalu Begitu” akan tetap seperti itu. Menempati tahtanya yang
cukup layak. Ini bukan permainan hati, selalu ada pilihan untuk menolak. Walau pilihan
itu lebih sering menjadi tanda tanya dalam tanya, “maukah?”
(Pekanbaru,
01112014)
No comments:
Post a Comment