Sunday 2 November 2014

Selalu Begitu


Selalu begitu. Bahkan kaset rusak bisa jadi lebih baik. Mungkin. Hal-hal seperti ini selalu lebih menakutkan daripada seharusnya. Jatuh pada sesuatu yang sama, tanpa bisa kau cegah, apalagi untuk sempat bertanya, “maukah?” Ini ide gila.

Di sini—di dunia “Selalu Begitu”, nasihat tidak pernah punya tempat. Indera pendengaran tidak pernah tahu apa tugasnya. Meendadak amnesia. Entah di mana letak jalan pulang, sesungguhnya tidak ada yang benar-benar mencari. Karena, terkadang pemikiranmu hanya mampu mengantar sebatas pintu pertanyaan, “haruskah pindah?” Dan, tidak ada yang berani meletakkan taruhan untuk ini.

Sebenarnya, aku rasa, hal ini semacam kecenderunganmu membuat kesimpulan yang absur. Tiba-tiba kebodohan bisa memikat sebegitu aneh. Mungkin sedikit berlebihan, tapi, coba kau temukan penjelasan yang tidak kurang!? Sudahlah. Tidak perlu ada perjudian di sini, karena fatamorgana siap untuk menjadi batas kita.

Lalu, pada akhirnya, “Selalu Begitu” akan tetap seperti itu. Menempati tahtanya yang cukup layak. Ini bukan permainan hati, selalu ada pilihan untuk menolak. Walau pilihan itu lebih sering menjadi tanda tanya dalam tanya, “maukah?

(Pekanbaru, 01112014)

No comments:

Post a Comment