Monday 7 September 2015

Ketika Melakukan Kesalahan Membuatmu Merasa Lebih Baik

Anggap saja ini semacam bertukar pemahaman, tentang satu hal yang sederhana. Bisa jadi ada yang berpikir sama, atau bisa jadi di pemikiran lain ada pemahaman yang lebih bijaksana, lebih dapat diterima, lebih menggugah, dan sejenis lainnya. Berikut ilustrasinya:

Ada suatu masa, dimana saat kamu melakukan satu kesalahan yang orang-orang biasa lakukan, dan itu untuk yang pertama kalinya, tapi malah kamu satu-satunya orang yang mendapat ganjaran. Sama sekali tidak menyenangkankan, bukan? Rasanya... entahlah. Mau marah, tapi tidak tahu kepada siapa. Memang punya hak apa? Bagi yang pernah mengalaminya, mungkin pada saat itu kamu merasa sedang sial, atau sangat sial, semacam sedang dijadikan tumbal. Lalu pertanyaan itu pun mencuat, kenapa harus aku? Kenapa??! Sebab tidak ada yang mampu menjawab, beberapa saat kemudian akan kamu habiskan dengan menggalau, mengeluh, mengadu, menggerutu, atau bahkan mengutuk. Rentetan ungkapan penyesalan akan keluar, memenuhi pikiran. Andai begini... andai begitu... harusnya si ini... harusnya si itu...

Hal-hal seperti itu yang dapat membuat kita kehilangan makna ‘ganjaran’ sebenarnya. Maksudnya begini, tidakkah kamu merasa ganjaran yang kamu terima itu semacam ‘teguran’? Teguran pemberitahuan bahwa yang sedang kamu perbuat adalah kesalahan yang seharusnya tidak kamu lakukan. Teguran agar dikemudian hari kesalahan tersebut tidak lagi kamu ulangi. Sebab teguran rasanya tidak mengenakkan. Dan, siapa juga yang ingin mengulang?
Terkadang, kita tidak benar-benar tahu bahwa kesalahan itu adalah kesalahan, sampai kita melakukannya dan mendapat ganjaran atasnya. Dan, pada kenyataannya, tidak semua orang yang melakukan yang mendapat ganjaran (teguran). Tidak semua orang seberuntung itu. Bisa jadi, sampai di kemudian hari pun mereka tidak pernah tahu, apa yang mereka lakukan sebelumnya itu tidak benar. Atau, bagi mereka yang merasa tahu pun, bukan berarti mereka benar-benar sadar.
Tidak mudah memang menelan bulat-bulat suatu ganjaran tanpa harus merasa kesusahan, tanpa ada secuil kekesalan, atau tanpa merasa sedikit ketidakadilan, untuk hal tersebut. Namun, beginilah bagian dari pembelajaran kehidupan. Allah memberi petunjuk kepada umatnya dengan berbagai cara. Kita tidak pernah tahu skenario seperti apa yang telah disiapkan, bagaimana nantinya kita bisa sampai pada satu pemahaman. Jadi, tidakkah kamu merasa ini seperti keberuntungan? Sebab Allah masih menegur kita dengan ganjaran, yang berarti Allah ingin kita kembali ke jalan yang benar. Seperti bentuk dari kasih sayang. Dan, keberuntungan tidak selalu tentang memenangkan undian.
Begitulah. Mungkin terdengar seperti menghibur diri, atau paling tidak menenangkan hati. Tidak mengapa. Setidaknya, kita percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi selalu membawa hikmah.
Sedikit tambahan, di saat sudah terlalu banyak orang yang melakukan kesalahan yang sama, kesalahan yang itu-itu saja, terkadang kesalahan tersebut menjadi kehilangan identitas dirinya. Bukan lagi merupakan hal yang tidak boleh dilakukan, melainkan menjadi aneh bila tidak dikerjakan. Iya, saat ini sudah banyak kesalahan yang sampai seperti itu. Tidak semua kesalahan memang. Seiring beranjaknya usia kita diharapkan dapat memilah-milah—mana kesalahan yang bisa diterima, dan mana yang tidak. Sebab, dibalik beberapa kesalahan, ada tersimpan banyak pembelajaran.

Ps: Bagi yang mendapat teguran, selamat menikmati konsekuensi yang sedikit tidak mengenakkan! Jangan lupa bersyukur sekaligus meminta ampunan J


(Pekanbaru, 07092015)

2 comments:

  1. Dan emang paling jengah kalo udah tau kalo lakuin A bakal salah, tetep dilakuin juga. Bodoh, tapi banyak yg kayak gitu

    ReplyDelete
  2. Emang gitu. Padahal salah, tapi kedengaran manusiawi banget :')

    ReplyDelete