Jika tidak, mengapa lintasan kita bersisian
menuju pusara yang sejak kaki-kaki kita pandai
berkhianat,
sudah direnungkan
berjalan melewati pagi,
malamnya bertaruh mengecoh mimpi
Apakah ia akan pecah?
Apakah ia akan berai?
Bagaimana kau tahu pecah dan berai adalah beda?
semua hati menunggu,
siapa juga yang tidak menanti-nanti hasil undian
keluar.
Jika pecah yang keluar, maka aku lah pemenang
jika berai yang keluar, semua ini akan menjadi melelahkan
karena jika tidak, mengapa lintasan kita bersisian?
Jika tidak, dari mana rindu itu berasal: ia bukan
tuhan.
Tahu-tahu sudah di depan pintu,
mengetuk-ngetuk minta dibukakan
Bukankah tidak dikunci?
dalam gelap mengendap-endap,
aku hanya diam: pura-pura tidak tahu
Ini lucu,
kelewat lucu sampai aku mengulang-ulang
melebihi lagu kesukaan
hampir-hampir mengalahkan rumah yang membuat ingin
pulang
tetap saja, aku masih pura-pura tidak tahu
memainkan satu-satunya peran yang aku mampu
karena jika tidak, aku harus tahu dari mana rindu
itu berasal.
Jika tidak, dapatkah kau temukan alasan?
seperti saat kau menemukan kaki-kaki yang
berkhianat, atau
menemukan rindu mengetuk pintu,
sudahlah.
Ada baiknya kita duduk di dermaga waktu,
memainkan silam
sambil menunggu tatapan saling jengah: pada senja,
pada suara yang memekakkan, pada diam yang
membingungkan,
pada kita.
Kapankah itu?
Entahlah, ini seperti bergumam
terjebak pada kesimpulan yang malu-malu: bisa jadi
gelisah merengek,
tidak ingin ditinggal.
Lunas sudah kuputuskan tetap menunggu
sembari menebak undian kartu,
biar kadang-kadang tergoda ingin melucu
kau, tentukanlah keyakinanmu!
sebelum dermaga ini tutup
karena jika tidak, kau harus menemukan alasan itu
untukku.
No comments:
Post a Comment