Realita

Realita. Sebuah fenomena yang terjadi tanpa ada yang disembunyikan, tanpa ada yang dibohongi. Gambar-gambar yang diperlihatkan oleh orang-orang yang sayangnya jarang terlihat. Siapa mereka? Apa kita mengenalnya?

Merek adalah tokoh-tokoh realita yang kerapa berada di dekat kita. Namun mereka hanya bisa menatap, dan kita hanya mengabaikan dengan tidak sadar. Kadang mereka terluka, tapi akan lekas baik-baik saja. Karena mereka adalah tokoh realita, harus kuat dan terbiasa. Sebab di dalam realita tidak ada luka yang terlalu dalam, yang ada hanya luka yang terus melebar dan berubah kering.

Dunia ini begitu luas terbentang, namun bagi mereka kehidupan hanyalah cerita sempit yang tidak tidak berputar. Ingin rasanya menuntut pertanggungjawaban tentang teori “Kehidupan Seperti Roda”. Tapi kepada siapa? Apa orang-orang yang selalu berada di roda atas bisa memberi penangguhan? Orang-orang itu hanya bungkam, dan tokoh realita harus puas dengan menghirup asap-asap kendaraan yang orang-orang itu buang.

 Di sana lah kehidupan mereka, bersama terik matahari yang menggila, peluh-peluh yang enggan reda, kaki yang mulai jera melangkah, napas yang tinggal satu-dua, serta harapan-harapan yang nyaris putus asa. Walau sudah begitu, realita masih saja setia kepada mereka. Belum rela melepas dan pindah rumah.

Apa memang seperti itu kenyataan realita? Orang yang sudah di bawah makin tenggelam, dan orang yang berada di atas makin menjulang. Mengapa sepertinya realita tidak mengenal yang namanya keadilan? Di mana sebenarnya titik realita harusnya berada? Mungkinkah seperti sudah benar adanya?

Karena, kehidupan tidak hanya ada realita. Masih ada misteri yang tidak terpecahkan, dan tetap akan menjadi misteri yang selalu ditanya-tanya. 
 Mungkin?

Silakan mengiba, silakan menangis tersedu-sedu sampai lelah menyapa dan menerbitkan reda. Tidak akan apa-apa untuk kita yang bisa menerima.

 Maka, sediakanlah ruang yang lapang di dada. Untuk tempat realita dan misteri yang akan selalu di tanya-tanya.