Everything Has Changed

Saat Bagas baru ingin mengangkat tangan untuk memesan one shot espresso lagi, terdengar bunyi denting dari arah depan café, pintu berbahan kayu jati itu terbuka. Untuk kesekian kalinya Bagas menoleh, kembali ia merasakan pegal yang sudah membebani lehernya dari tadi. Bagas tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap mendengar denting pintu itu, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menoleh ke kiri. Ke arah pintu yang sudah membuat Bagas memerlukan kafein lebih banyak hari ini. Namun untuk yang satu ini, akhirnya ia bisa bernapas lega. Benar-benar lega. Dari sudut ruangan yang luas itu, Bagas mendapati seraut wajah yang sudah dinantinya sejak tadi, atau bahkan sejak beberapa tahun belakangan. Bagas sudah tidak bisa menghitung. Layaknya ini adalah sebuah penantian panjang dalam hidupnya.