Canggung. Seperti saat aku menulis kalimat pertama di halaman ini. Lagi.
Setelah sekian lama tidak melakukannya, karena ada alasan yang jelas―mungkin
nanti akan kuceritakan. Mungkin.
Untuk beberapa saat waktu akan membeku, menyerap segenap rasa yang
tertancap entah bagaimana bisa. Lalu, ketika waktu tadi telah dapat melebur, kita
baru sadar bahwa ada rongga yang tak terjamah.
Canggung. Entah bagaimana bisa, begitu jadinya. Pada suatu masa ia
ada, membentuk serangkaian makna resah. Terkadang ragu sudi menyapa, akan
tetapi tak ada yang sanggup membaca. Dalam gundah, hati hanya bisa tertanya. Mengapa?
Canggung.
(Pekanbaru, 24092014)
No comments:
Post a Comment