Friday 23 May 2014

Janji Tiga Tahun Lalu

Beberapa hari yang lalu, facebook saya kedatangan notification dari salah satu teman SMA yang memberi komentar di salah satu posting di grup. Setelah saya baca, intinya dia pengin ngumpul lagi, ketemu lagi. Kangen. Saya memilih tidak member tangganggapan juga, walaupun merasakan hal yang sama. Entah kenapa. Selang dua atau tiga hari berikutnya, ada yang menanggapi dua orang. Kemudian, saya jadi kepikiran, itu dia komen di postingan yang mana, ya? Kok notif-nya masuk, perasaan aku jarang nimbrung. Seingat saya begitu. Jadilah saya memeriksa pemberitahuan itu kembali, dan ternyata… itu postingan saya sendiri. Begini isinya…



Jujur, saya sendiri bingung mengapa saya menulis postingan sepertinya. I mean, mengapa saya harus menanyakan hal tersebut (lihat pertanyaan postingannya)? Sebab itu, mulailah saya menelusuri komentar-komentar dari awal. Hasilnya, saya jadi campur aduk. Yang pertama, saya malu. It was not like me. Entahlah. Selanjutnya, saya jadi kangen mereka juga. Terakhir, saya ingat janji itu. Dan saya ingat, mengapa saya menuliskan pertanyaan itu di sana. How come I’ve forgotten at all?

Jadi, kira-kira tiga tahun yang lalu, salah satu teman saya yang lain pernah meminta saya untuk menulis cerita tentang kami. IPA 3, Skoci 3. Hal itu pasca saya ketahuan suka menulis, kala itu saya menulis di facebook. Tidak usah ditanya bagaimana dia bisa tahu. Facebook adalah salah satu social media yang sedang digandrungi, bagaimana bisa saya lupa saat itu. Dan saya meng-iya-kan permintaan tersebut. Hari demi hari berlalu, saya sibuk dengan kegiatan baru. Kuliah. Kami semua yang saling pencar sibuk dengan kegiatan baru masing-masing. Pada awalnya, sempat beberapa kali teman saya tadi menanyakan tentang cerita yang ceritanya mau saya buat itu, saya hanya bisa mengelak dan mengatakan belum ada inspirasi. Memang begitu adanya. Sampai sekarang. Selama itu kah?

Mengingat hal itu membuat saya jadi merasa bersalah. Belum lagi rasa malu yang entah mengapa masih saja bergelayut. Tapi, jujur, saya benar-benar merasa bersalah. Rasanya jadi tidak enak, bagaimanapun itu adalah janji. Meski saya tidak yakin teman saya itu dan beberapa teman yang lain (yang sudah tahu juga) masih menginginkan cerita tersebut dapat rampung, saya tetap merasa tidak enak. Dan bagaimanapun perasaan bersalah itu, ia tidak akan menghasilkan apa-apa, saya tahu. Maaf.

Belakangan, saya tidak tahu bagaimana cara menceritakan keadaan ini. maksudnya, menulis. Saya. Saya tidak tahu mengapa bisa jadi sekacau ini. hilang? Tersesat? Entahlah. Intinya, saya butuh menata lagi. Juga, saya butuh menggenapkan janji itu dengan cara menepatinya. Bagaimanapun cara. Walau tidak tahu kapan. Tapi saya harus melakukannya. Harus.

PS: Untuk teman-teman yang pernah mengharapkan janji tiga tahun lalu itu, maaf dan terima kasih.

No comments:

Post a Comment