Rasanya sudah lama sekali saya tidak bertemu halaman
kosong ini, mengisinya kembali. Sepuluh hari. Lama sekali.
Subuh ini, saya mendapati diri dirundung rasa
bersalah, seperti ingin menangis rasanya. Tidak hanya rasa bersalah pada sang
Maha Pencipta, melainkan juga diri saya sendiri. Sebuah pengkhianatan diri pada
hati. Rasanya sakit. Bukan karena apa yang saya lakukan terlalu keterlaluan
kali ini, bukan. Tapi, karena ini sudah berulang kali terjadi, membuat saya
nyaris tidak sudi memberi maaf kembali. Saya hanya lelah, lelah menghadapinya. Saya
hanya kecewa, kecewa pada sebagian diri saya. Mungkinkah ini sudah jalan-Nya? Entahlah,
semoga. Biarkan yang berhak yang menjawab. Dan pada akhirnya, maaf itu selalu
ada.
Subuh ini, saya nobatkan sebagai puncak dari pengkhiatan
itu. Menyudahi rasa bersalah itu, mengakhiri pertempuran yang bahkan belum
sempat saya mulai. Membiarkan pengorbanan yang lalu itu mati. Tanpa lagi
menoleh ke belakang, tanpa lagi memperjuangkan kemenangan. saya berhenti, dari
kancah yang beberapa minggu saya pilih.
Subuh ini, ingin saya tebus juga pengorbanan yang
telah mati tadi. Setidaknya, ia tidak untuk sia-sia. Semoga nantinya mati suri.
Tebusan itu mengambang tiba-tiba, menyembul dari hati yang terluka, menyurut bulir
air mata yang tak sempat ada. Seperti sebuah panggilan, suara jauh itu ingin
disambut juga. Jadilah, panggilan di suatu subuh menggelar niatnya…
Begini, beberapa minggu yang lalu saya pernah
bergabung dengan sebuah klub menulis di kota saya. Sejak saya bergabung sampai
hari ini, saya belum pernah merasakan adanya perubahan, antara saya belum
bergabung dengan sesudahnya. Maaf. Intinya, saya belum mendapatkan manfaat
apa-apa. Masalahnya, niat saya untuk bergabung adalah agar dapat bertemu dengan
orang-orang yang juga suka menulis di sekitar saya, saling belajar dan berbagi.
Apa itu berlebihan? Menurut saya tidak. Karena begitu seharusnya guna adanya
klub seperti itu #IMO. Tapi sejauh
ini, saya belum pernah bertemu dengan siapa-siapa dari mereka. Dan setahu saya,
sudah lama klub itu tidak mengadakan pertemuan lagi.
Maka muncullah ide itu, sebuah perbaruan. Saya
pikir, saya tidak akan bercerita banyak dulu. Ini masih usulan saya, belum
tentu diterima. Namun saya sangat berharap, ide ini nantinya dapat terlaksana. Setidaknya
bisa sedikit mengurangi rasa bersalah saya, walau mungkin tidak pernah benar-benar
bisa mengobati, sebenarnya. Tapi, ya sudahlah. Namanya juga usaha. Saya akan
menuliskan di sini jika ide bisa terealisasikan. Do’a-lan saja. Insya Allah.
No comments:
Post a Comment