Wednesday 3 April 2013

Jejak―Gon

          Catatan ini untukmu. Gon!
         Aku ingat, terakhir kali melihatmu, sudah lama. Dengan jarak yang hampir tidak layak. Aku ingat, terakhir kali kau mengajakku bicara, sudah lama. Nyaris seperti tanpa niat ingin mengatakannya. Hal seperti itu, bahkan aku rancu untuk menganugerahinya sebagai kenangan. Atau semacam memori yang pantas disimpan. Tak berharga, tanpa makna.
       Gon! Begitu yang kutahu sekarang. Aku tidak tahu bagaimana asalnya, seperti itu saja. Apa kini kau layaknya orang asing? Mungkin bagiku, iya. Karena aku bukan dari duniamu sekarang. Dunia yang ternyata dekat. Dekat. Tapi sayangnya... akan tetap terasa jauh.
     Adakah ingatan terakhir itu kujadikan jejak? Entahlah. Karena pada kenyataannya―tidak peduli seberapa tidak berharganya ingatan jarak itu, seberapa tidak bermaknanya ucapan terakhir itu―aku tetap menelusuri jejakmu. Sesekali. Dan aku tetap ingin kita bertemu, walau sebagai orang lain yang tidak saling tahu. Yang jelas, tidak dari jejak-jejak yang kau tinggalkan dulu.
        Gon! Kenapa Gon?
        Gon! Aku...
    Bahkan aku tidak bisa membayangkan bagaimana kita bisa bertemu di masa sekarang, masa mendatang. Kau terlalu lalu, terlalu jauh untuk aku bisa menarikmu agar sekedar tahu ada aku. Bahkan bukan sebagai siapa-siapa. Aku merasa ini mulai rumit. Aku tidak ingin berharap, tidak seharusnya berharap.
        Aku bukan lah siapa-siapa. Jejak itu memang tidak ada. Lupakan saja!

No comments:

Post a Comment