Semuanya berubah, layaknya hal yang
belum aku kenal. Pijakanku masih sama, impian pun belum menyerah, hanya… ada
yang hilang dari komponennya.
Waktu terus bergerak seperti
seharusnya, dia tidak akan sadar ada aku yang tertinggal di belakang. Waktu
memiliki detik sebagai keberadaan, kehidupan memiliki langit dan bumi sebagai
singgasana, sedang aku?
Aku terlahir di tengah kehidupan
dengan bergelimang waktu. Sampai sekarang, aku masih tegak dan berjalan, walau…
sesekali juga terdiam. Aku hanya bertanya, apa yang kumiliki agar terus bisa
bersama mereka―waktu dan kehidupan?
Kini aku, ada yang berubah. Kini aku,
tertinggal di belakang. Kini aku, merasa kehilangan.
Sudah kucari, namun tak juga
menemukan. Maka, kuputuskan mencoba membiarkan, yang ada aku malah tersesat
tidak mengerti untuk mulai kembali berjalan. Kini aku, tak punya pegangan.
Kadang, aku sadar, bertahan adalah
menggenggam harapan. Tapi sayangnya, aku bahkan tak sanggup meregang.
Ada saat dimana aku tidak ingin
berharap. Berhenti merangkai dan merelakan tidak memiliki apa-apa. Sesekali
merasakan ringannya bergerak bersama waktu dan kehidupan. Tidak peduli lebih
tepatnya. Ya, karena… berharap itu melelahkan. Dan kini aku, tengah tenggelam
dalam kelelahan.
No comments:
Post a Comment