Apa yang kau pikirkan tentang hari
esok?
Pagi yang cerah? Sarapan yang
menyenangkan? Mendung pagi? Bangun kesiangan? Menghabiskan waktu bersama teman?
Games? Bermalas-malasan? Masa lalu?
Kejutan? Stuck? Atau, tidak pernah benar-benar
memikirkannya?
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di hari esok. Kadang, walau tidak pernah tahu, aku kerap merasa esok akan baik-baik saja. Berharap esok masih ada dan hadir dengan baik-baik saja. Tidak terpikir, untuk esok, bisa saja aku tidak bisa berharap lagi. Sama sekali.
Terlalu banyak waktu yang terpakai, terbuang, lalu tersia-siakan. Sesaat aku teringat ke belakang, mendapati diri tidak rela atas waktu yang mengambil ‘waktu’. Lalu tidak melakukan apa-apa. Banyak hal yang aku pikirkan, namun dengan sadar hanya membiarkannya menguap begitu saja. Meninggalkan jejak yang dipertanyakan.
Kata-kata. Cerita. Harapan.
Mimpi-mimpi. Masa depan.
Kemarin sudah terlupakan, sedang esok
masih di awang-awang. Yang nyata hanya di saat aku menggenggam detik bersama
mimpi dan harapan. Sudahkah aku melakukannya dengan benar? Tidak. Aku
meragukannya. Aku menolak untuk memastikan diriku sendiri. Bahkan aku menimbang
untuk melakukannya, mempertanggungjawabkannya. Menggenggam esok itu…
Begitu banyak yang tidak aku mengerti. Mungkin aku hanya butuh menungu. Menunggu, apakah yang terpikir itu masih ada di hari esok? Menunggu, bisakah jejak yang dipertanyakan itu hadir lagi di hari esok?
Begitu banyak yang tidak aku mengerti. Mungkin aku hanya butuh menungu. Menunggu, apakah yang terpikir itu masih ada di hari esok? Menunggu, bisakah jejak yang dipertanyakan itu hadir lagi di hari esok?
Serukan saja! Kepada langit-langit awan, kepada sekumpulan angin yang terbang, kepada hari yang mulai menua dan ingin pulang―sampai jumpa di batas esok!
Semoga! Semoga…
No comments:
Post a Comment