Pagi
masih segan menyingsing
Sekawanan
mengendap mengejutkan gelap
Resah
sontak meracuni gulita
Kuat-kuat
menggenggam nyawa sekarat
Angin
siap memeluk rapat
Namun
hati lebih dulu bersabda sarat
Mengucur
peluh bersama butir beras
Tak
perlu lagi penyedap rasa
Asin
kehidupan rela terbawa
Disongsong
kembali tumpukan terik
Seluruh
pojok habis terjajahi
Mengais-kais
yang terkikis
Hingga
lelah kian mati suri
Hingga
malam pun menyerang
Menyuruh
pulang dengan berang
Tidak semua lapar ditangguhkan dengan makan
Tidak
semua kantuk dihabiskan dengan nyenyak
Coba
tanyakan pada sekawanan!
Ada
kesakitan yang tak perlu ditangisi
Ada
kehidupan yang enggan dikuliti
Coba
renungkan bersama sekawanan!
Apa
kau pernah melihat?
Kepada
pinggiran yang hampir senyap
Kepada
kubangan napas-napas tercekat
Apa
kau ingin dengar?
Jeritan
mimpi buruk dari mata yang urung terpejam
Tangisan
sunyi dari kerongkongan yang kehausan
Semua
pura-pura buta
Mereka
diam-diam menutup telinga
Menyembunyikan
dosa ke dalam harta
Menertawakan
dunia
Alangkah
mudah memungut bahagia
Menginjak-injak
Para Pencari Nafkah
Melempari
Para Pencari Nafkah
Meludahi
Para Pencari Nafkah
Nanti,
lihat saja!
Tunggu
sampai Para Pencari Nafkah gusar!
Awas
kalau Para Pencari Nafkah punya uang!
Akan
bertasbih sekawanan siang malam
Berjuang
sampai pagi mengenal petang
Memohonkan
yang adil dipertontonkan
No comments:
Post a Comment