Wednesday 3 April 2013

Nyata, Maya, dan Aku



Ketiganya–nyata, maya, dan aku–adalah tiga hal yang berbeda. Ada sekat pemisah yang sulit ditemukan ujung-pangkalnya. Aku sendiri masih sering bingung. Semua bergerak samar hampir seperti tidak terjadi. Dalam realita ketiganya berada dalam dunia yang sama–duniaku, hanya saja–mungkin–di musim yang berbeda. Akan kujelaskan.
Nyata adalah bagian yang paling mudah dimengerti. Apa yang kau lihat, itu benar adanya. Ada warna tersendiri yang kupunya di dunia ‘nyata’, warna yang dipahami oleh kalian–yang dari dunia nyata. Bagiku, tidak semua bagian dunia bisa diwarnai dengan warna nyata. Aku sadar, dunia ini lah yang sebenarnya aku hadapi, namun bagiku ada dunia yang bisa dijalani tanpa harus dihadapi. Mengerti?
Ada kalanya kau bisa mengucapkan selamat pagi tanpa harus menyapa matahari. Banyak kata yang bisa kau ucapkan tanpa perlu merasakan beban apapun. Paling terlebih adalah imajinasi. Kita tahu, imajinasi adalah salah satu bagian terumit dari seseorang. Dan dunia nyata bukan lah jalan keluarnya, dunia nyataku tidak akan benar-benar mengerti bahwa ada kehidupan yang bernama imajinasi. Nyata tidak tahu, tidak pernah mencoba untuk tahu. Karena itu aku berpikir harus membangun satu dunia lagi, dunia untuk diriku sendiri. Setidaknya disana aku yang berkuasa. Kutemukan dimana tempatnya, maya. Ya, akhirnya imajinasi berjodoh juga. Maya!
Kalian semua pasti mengerti apa itu dunia maya, karena dunia itu telah lama ada. Aku saja yang baru menjadi penghuni disana. Ada yang tidak bisa kudapat di dunia nyata namun bisa kuraih di dunia maya. Ya, itu tadi, imajinasiku. Sebagian hidupku kuhabiskan dengan berimajinasi, berharap suatu saat akan ada hari dimana kutemukan imajinasi itu hidup. Dan disini lah aku sekarang, di dunia maya yang bahkan dulu tak pernah terpikir olehku untuk menjamahnya. Aku merangkai semuanya, kata yang menjadi untaian kalimat, kemudian kalimat berkembang menjadi paragraph-paragraph yang menghadirkan suatu kehidupan.
Mayaku bagai tempat membuai sajak cinta. Tak pernah ada ekspresi terlarang disana, apa saja asal kau suka. Ini dia warna yang berbeda itu. Warna yang juga belum tentu bisa kutemukan di dunia nyata. Bagiku mereka benar-benar dua hal yang tidak sama. Aku selalu terlarut di dunia nyata, namun selalu ada bagian dimana aku butuh udara dari dunia maya.
Kalian yang mengenalku–ada yang hanya mengenal di dunia nyata dan ada yang hanya di dunia maya, kurasa ada pemikiran yang akan tidak nyambung dari kedua pihak. Aku yang kalian kenal di dunia nyata sedikitnya berbeda dengan aku yang ada di dunia maya. Ada sudut yang tidak bisa dimengerti dari keduanya–mungkin bagi kalian. Aku menyukai kedua-duanya, sampai kusadari ada dimana keduanya bisa juga terlihat berubah.
Aku, yang ada disini, sekarang, di detik yang mutlak ini, adalah aku yang ada di antara keduanya. Aku belajar dari keduanya, kehidupan nyata serta kehidupan maya, dan akhirnya keduanya bisa sama-sama berdiri sama tinggi. Akhirnya keduanya berada di titik musim yang sama juga. Apa yang kujalani dan kuhadapi berbaur bersama bagai begelut mengikat dua dunia. Kini, aku adalah… menulis. Ya, writing is…me?
Tidak pernah terpikir olehku bahwa mimpi dan imajinasi akan bertemu di dunia yang sama. Mimpi dari dunia nyata dan imajinasi dari dunia maya, bertemu di dunia menulis. Layaknya nyata dan maya bertemu juga di dunia aku.
Entah sejak kapan menulis menjadi bagian dari hidupku, bagian yang menjadi sama seperti bangun pagi di setiap hari. Ada candu tersendiri disana, sering sensasi tidak terbaca yang kurasa. Yang aku tahu, untuk sekarang dan seterusnya aku butuh menulis di bagian waktu yang kupunya. Ya, menulis adalah sebuah kebutuhan, bukan lagi sekedar iseng atau hanya kesukaan. Dan karena saat menulis juga dua dunia yang kumiliki bisa dinikmati dengan sekali sentuhan saja. Kepribadian yang kadang berbeda itu bisa juga berbaur dengan cara yang agak kasat mata. Selalu ada rasa tidak nyaman saat aku mencoba memberi warna maya di dunia nyata, begitu juga sebaliknya. Hanya saat menulis keduanya bisa kujamah dengan warna yang sama. Yang penting mereka bercerita, berwarna, dan menghasilkan rasa.
Di akhir, semua sudah jelas tegaknya. Tidak ada yang ditinggalkan atau pun mencoba dihilangkan. Maka, jika kutilik lagi mereka, ketiganya tidak ada lagi yang tersamarkan. Dunia mereka memang tidak sama, namun mereka adalah kesatuan yang tidak bisa diuraikan masa. Akhirnya, nyata dan maya sudah berada di sudut yang mempertemukan mereka, di sudut aku.

No comments:

Post a Comment