Ketiganya–nyata, maya, dan aku–adalah tiga hal yang
berbeda. Ada sekat pemisah yang sulit ditemukan ujung-pangkalnya. Aku sendiri
masih sering bingung. Semua bergerak samar hampir seperti tidak terjadi. Dalam
realita ketiganya berada dalam dunia yang sama–duniaku, hanya saja–mungkin–di
musim yang berbeda. Akan kujelaskan.
Nyata adalah bagian yang paling mudah dimengerti.
Apa yang kau lihat, itu benar adanya. Ada warna tersendiri yang kupunya di
dunia ‘nyata’, warna yang dipahami oleh kalian–yang dari dunia nyata. Bagiku,
tidak semua bagian dunia bisa diwarnai dengan warna nyata. Aku sadar, dunia ini
lah yang sebenarnya aku hadapi, namun bagiku ada dunia yang bisa dijalani tanpa
harus dihadapi. Mengerti?
Ada kalanya kau
bisa mengucapkan selamat pagi tanpa harus menyapa matahari. Banyak kata yang
bisa kau ucapkan tanpa perlu merasakan beban apapun. Paling terlebih adalah imajinasi.
Kita tahu, imajinasi adalah salah satu bagian terumit dari seseorang. Dan dunia
nyata bukan lah jalan keluarnya, dunia nyataku tidak akan benar-benar mengerti
bahwa ada kehidupan yang bernama imajinasi. Nyata tidak tahu, tidak pernah
mencoba untuk tahu. Karena itu aku berpikir harus membangun satu dunia lagi,
dunia untuk diriku sendiri. Setidaknya disana aku yang berkuasa. Kutemukan
dimana tempatnya, maya. Ya, akhirnya imajinasi berjodoh juga. Maya!
Kalian semua
pasti mengerti apa itu dunia maya, karena dunia itu telah lama ada. Aku saja
yang baru menjadi penghuni disana. Ada yang tidak bisa kudapat di dunia nyata
namun bisa kuraih di dunia maya. Ya, itu tadi, imajinasiku. Sebagian hidupku
kuhabiskan dengan berimajinasi, berharap suatu saat akan ada hari dimana
kutemukan imajinasi itu hidup. Dan disini lah aku sekarang, di dunia maya yang
bahkan dulu tak pernah terpikir olehku untuk menjamahnya. Aku merangkai
semuanya, kata yang menjadi untaian kalimat, kemudian kalimat berkembang
menjadi paragraph-paragraph yang menghadirkan suatu kehidupan.
Mayaku bagai
tempat membuai sajak cinta. Tak pernah ada ekspresi terlarang disana, apa saja
asal kau suka. Ini dia warna yang berbeda itu. Warna yang juga belum tentu bisa
kutemukan di dunia nyata. Bagiku mereka benar-benar dua hal yang tidak sama.
Aku selalu terlarut di dunia nyata, namun selalu ada bagian dimana aku butuh udara
dari dunia maya.
Kalian yang
mengenalku–ada yang hanya mengenal di dunia nyata dan ada yang hanya di dunia
maya, kurasa ada pemikiran yang akan tidak nyambung dari kedua pihak. Aku yang
kalian kenal di dunia nyata sedikitnya berbeda dengan aku yang ada di dunia
maya. Ada sudut yang tidak bisa dimengerti dari keduanya–mungkin bagi kalian.
Aku menyukai kedua-duanya, sampai kusadari ada dimana keduanya bisa juga
terlihat berubah.
Aku, yang
ada disini, sekarang, di detik yang mutlak ini, adalah aku yang ada di antara
keduanya. Aku belajar dari keduanya, kehidupan nyata serta kehidupan maya, dan
akhirnya keduanya bisa sama-sama berdiri sama tinggi. Akhirnya keduanya berada
di titik musim yang sama juga. Apa yang kujalani dan kuhadapi berbaur bersama
bagai begelut mengikat dua dunia. Kini, aku adalah… menulis. Ya, writing is…me?
Tidak pernah
terpikir olehku bahwa mimpi dan imajinasi akan bertemu di dunia yang sama.
Mimpi dari dunia nyata dan imajinasi dari dunia maya, bertemu di dunia menulis.
Layaknya nyata dan maya bertemu juga di dunia aku.
Entah sejak
kapan menulis menjadi bagian dari hidupku, bagian yang menjadi sama seperti
bangun pagi di setiap hari. Ada candu tersendiri disana, sering sensasi tidak
terbaca yang kurasa. Yang aku tahu, untuk sekarang dan seterusnya aku butuh
menulis di bagian waktu yang kupunya. Ya, menulis adalah sebuah kebutuhan,
bukan lagi sekedar iseng atau hanya kesukaan. Dan karena saat menulis juga dua
dunia yang kumiliki bisa dinikmati dengan sekali sentuhan saja. Kepribadian
yang kadang berbeda itu bisa juga berbaur dengan cara yang agak kasat mata. Selalu
ada rasa tidak nyaman saat aku mencoba memberi warna maya di dunia nyata,
begitu juga sebaliknya. Hanya saat menulis keduanya bisa kujamah dengan warna
yang sama. Yang penting mereka bercerita, berwarna, dan menghasilkan rasa.
Di akhir,
semua sudah jelas tegaknya. Tidak ada yang ditinggalkan atau pun mencoba
dihilangkan. Maka, jika kutilik lagi mereka, ketiganya tidak ada lagi yang
tersamarkan. Dunia mereka memang tidak sama, namun mereka adalah kesatuan yang
tidak bisa diuraikan masa. Akhirnya, nyata dan maya sudah berada di sudut yang
mempertemukan mereka, di sudut aku.
No comments:
Post a Comment